Bedah Buku: SBY Perlu Bangun Citra Berbasis Kinerja

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu membangun citra yang berbasis kinerja. Mengandalkan citra yang berbasis verbal, Yudhoyono akan dengan mudah dilupakan oleh rakyat saat sudah tidak lagi menjabat presiden.

Demikian disampaikan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ibnu Hamad, Minggu (24/10) di Jakarta. Ibnu mengungkapkan hal tersebut seusai berbicara dalam diskusi peluncuran buku karya politisi Partai Hanura, Yuddy Chrisnandi, Strategi Kebangsaan Satrio Piningit 2014.

Menurut Ibnu, pencitraan penting dilakukan oleh setiap pemimpin negara. Namun, perbedaan antara pencitraan yang dilakukan Yudhoyono dan presiden negara maju, seperti Amerika Serikat, terletak pada jenisnya. ”Barack Obama (Presiden AS), misalnya, membangun citra dengan berjuang mengegolkan sistem jaminan kesehatan terbaru di negaranya. Di Indonesia, pencitraan masih dilakukan lewat pidato atau hal-hal lain yang bersifat verbal,” kata Ibnu.

Ia menyarankan Yudhoyono membangun citra dengan fokus merampungkan beberapa persoalan krusial di Tanah Air. ”Kemacetan luar biasa di ibu kota negara, Jakarta, misalnya. Cobalah SBY berusaha mengatasi masalah yang pelik itu. Atau, misalnya, mewujudkan pembangunan jembatan Selat Sunda. Pasti rakyat akan mengenangnya saat sudah tidak menjadi presiden,” ujar Ibnu.

Pembicara lainnya, dosen Komunikasi Politik UI, Effendi Gazali, mengatakan, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama guna mendukung kemunculan tokoh pemimpin baru pada 2014. Pekerjaan itu, antara lain, membuat proses pemilu lebih transparan.

”Jangan lagi kasus Pemilu Presiden 2009 terulang. Tidak semua kandidat punya akses terhadap DPT (daftar pemilih tetap), DPS (daftar pemilih sementara), atau proses teknologi informasi di KPU,” ujar Effendi.

Pembicara lain, Hajriyanto Y Thohari, Wakil Ketua MPR, mengatakan, orang yang tampil pada Pemilu Presiden 2014 harus memiliki citra yang merupakan antitesis dari Yudhoyono agar bisa memenangi pemilu.

Yuddy Chrisnandi mengatakan, buku yang dia tulis tidak menyebut siapa yang pantas menjadi presiden pada 2014. ”Buku ini merupakan karya akademis yang membahas berbagai tantangan presiden pada 2014,” ujar Yuddy, mantan politisi Partai Golkar.

Leave a comment