Monthly Archives: October 2011

Cinta Kasih Jurus Jitu Mendidik Anak: Pengalaman 36 Tahun Karya Prof dr Hardi Darmawan, MPH dan dr Indrawati Hardi

Penulis buku “Cinta Kasih Jurus Jitu Mendidik Anak: Pengalaman 36 Tahun”, Prof dr Hardi Darmawan, MPH dan dr Indrawati Hardi sepakat menegaskan bahwa para orang tua menjadi “kompas” atau penentu arah bagi anak-anak mereka.

“Mendidik anak bukan suatu hal yang berat, dan dapat dilakukan para orang tua dengan cinta kasih,” kata Prof Hardi, di dampingi istrinya, ketika menyampaikan sambutan pada peluncuran perdana buku yang mereka tulis, di Palembang, Sabtu malam.

Menurut dia, idealnya anak harus dibekali dengan lima kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual, intelektual, relasi, emosional dan komunikasi.

Lima kecerdasan tersebut akan menjadi bekal hidup anak sampai dewasa, sehingga mereka bisa berhasil dan menjadi kebanggaan orang tua, ujar dia.

Ia menyatakan, pendidikan yang bermula dari keluarga dengan cinta kasih mampu menjadi landasan bagi anak sampai dewasa, sehingga bisa menentukan perkembangan positif ke depan.

Anak akan mendapatkan manfaat yang luar biasa untuk bekalnya, tetapi memang harus dipantau oleh orang tua sejak dini hingga dewasa, kata dia lagi.

Dia menjelaskan, orang tua berperan menjadi “kompas” sebagai penentu arah untuk membentuk anak yang positif.

Kecerdasan anak tentu harus didukung secara berkelanjutan oleh orang tua hingga anak menjadi dewasa, dengan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, ujar Hardi yang didampingi istrinya, dr Indrawati.

Wakil Gubernur Sumsel, H Eddy Yusuf mengaku, sangat bangga sebagai orang Sumsel atas prestasi luar biasa yang didedikasikan Prof Hardi itu.

“Saya optimistis buku ini mampu menjadi acuan untuk meningkatkan pembangunan karakter generasi muda Indonesia,” kata dia.

Eddy menambahkan, buku tersebut harus disebarkan secara nasional dan menjadi pelita bagi pendidikan yang saat ini sebagian besar salah persepsi.

Akibat pendidikan yang salah, banyak generasi muda terjerumus pada tindakan negatif, dan buku ini diharapkan menjadi media meluruskan pendidikan itu, kata dia.

Peluncuran buku “Cinta Kasih Jurus Jitu Mendidik Anak: Pengalaman 36 Tahun” ini berlangsung meriah, dan menumbuhkan kembali semangat nasionalisme para undangan dengan lantunan lagu-lagu perjuangan, seperti Rayuan Pulau Kelapa yang dinyanyikan orkestra dengan apiknya.

Buku setebal 306 halaman tersebut dengan editor Dr Zuraida dan Santi Oktarina yang dicetak pertama kali tahun 2011, serta baru disebarkan bersamaan saat peluncuran Sabtu malam ini.

32 Persen Anak Usia 14 Tahun Di Bandung Jakarta dan Surabaya Sudah Aktif Berhubungan Seks

Pertanyaan subversif dari remaja bagi orangtua salah satunya, apa itu dan bagaimana itu rabaan dengan bibir (kissing) dan rabaan dengan tangan (petting, necking)? Hus…itu porrrno!

Mana lebih porno, mengorupsi kata-kata atau menilep uang rakyat? Hus…itu juga porno, karena kebohongan berawal dari petualangan seputar tempat tidur yang memerlukan dukungan keanggunan, kecantikan dan kemolekan tubuh pasangan. Dan Nyonya XXY bertanya kepada Tuan Direktur, apakah aku sudah tidak lagi syur untukmu?

Kombinasi antara anggun, cantik dan molek mengakar dalam mitologi Yunani kuno. Dikisahkan bahwa dewi Aphrodite memiliki korset ajaib yang disebut-sebut kerap dipinjamkan kepada para hamba sahaya karena cinta mereka kerap kandas di tengah jalan.

Korset itu diberkati dengan tuah dapat memberikan inspirasi cinta membara bagi para pemakainya. Alhasil, tiga hamba sahaya itu (Euphrosyne, Aglaia, dan Thalia) dilukiskan sedang tidak berbusana dan digambarkan sebagai perempuan-perempuan yang sedang terhanyut oleh pelukan cinta pria. Aphrodite sebagai dewi cinta dan kecantikan nyatanya tidak doyan main kongkalikong.

Dan pesan Aphrodite kepada orangtua jaman sekarang, jangan pernah menilep kata-kata di hadapan remaja manakala bicara soal seks. Wahai orangtua, jangan pernah berlaku seperti dinas rahasia negara adidaya yang menggunakan kerancuan informasi untuk menjelaskan soal seks kepada remaja. Meskipun, sejumlah riset mengenai perilaku seks di kalangan remaja Indonesia dapat membuat hati orangtua deg-degan.

Menurut data hasil survey KPAI, sebanyak 32 persen remaja usia 14-18 tahun di Jakarta, Surabaya, dan Bandung pernah berhubungan seks. Salah satu pemicunya, muatan pornografi yang diakses via internet. Kepada remaja, jangan pernah menulis sejarah dengan tinta benci dendam di atas halaman putih ketulusan orangtua.

Fakta lainnya, sekitar 21,2 persen remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya, separuh remaja wanita mengaku pernah bercumbu. Survei KPAI juga menyebutkan, 97 persen perilaku seks remaja diilhami pornografi di internet. Dunia internet adalah dunia yang menyebarkan “kebohongan yang positif”, termasuk soal seks.

Di Jakarta, menurut Riset Strategi Nasional Kesehatan Remaja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Survei yang dilakukan BKKBN menyebutkan 5,3 persen pelajar SMA di Jakarta pernah berhubungan seks. Dan 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Dari hasil survei yang dilakukan Annisa Foundation ditemukan 42,3 persen remaja SMP dan SMA di Cianjur, Jawa Barat, pernah berhubungan seks.

Tentang seks pranikah, dr Boy Abidin, Sp.OG, dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, mengatakan, ancaman nyata adalah kehamilan di luar nikah serta aborsi yang tidak aman. “Mayoritas remaja percaya hubungan seks yang dilakukan satu kali tidak menyebabkan kehamilan, padahal faktanya tidak demikian,” katanya.

“Sejak dini remaja perlu dibekali dengan informasi yang benar tentang tubuhnya, seksualitas, dan organ reproduksi,” tuturnya. Kenyataannya, pengetahuan remaja mengenai metode kontrasepsi dan hubungan seks yang aman dinilai masih pas-pasan bahkan rendah. Wow, ayah dan ibu silakan meratap karena berakhir sudah kebohongan yang dibangun dari dunia bisik-bisik malam kelam.

Survei internasional yang dilakukan Bayer Healthcare Pharmaceutical terhadap 6.000 remaja di 26 negara mengungkapkan, ada peningkatan jumlah remaja yang melakukan seks tidak aman.

“Di mana pun negara Anda tinggal, hambatan informasi menjadi penyebab para remaja ini menerima informasi yang salah mengenai seks dan kontrasepsi,” kata Denise Keller, salah satu peneliti survei itu.

Alih-alih mewacanakan seks dan remaja, sebuah stasiun televisi swasta pekan ini mengilustrasikan topik itu dengan menayangkan gambar seorang remaja putri bercelana minim dan berkaos ketat selengan. Dia berjalan bergandengan tangan bersama teman prianya. Mengapa yang justru diobyekkan gambar seorang perempuan manakala bicara soal seks dan remaja?

Tayangan media televisi dan inetrnet kerapkali menafikan kekhasan tubuh perempuan, yakni tubuh yang mengalami menstruasi secara berkala, tubuh yang memiliki payudara dan mempunyai rahim. Tayangan itu mengambil alih tubuh pria untuk menyebut pengalaman kebertubuhan perempuan. Ini bias pria ketika bicara soal seks dan remaja.

Bias itu “dicibir” oleh filsuf Simone de Beauvoir. Katanya, seseorang tidak dilahirkan sebagai perempuan tetapi dikonstruksikan oleh situasi sosial, historis, kultural dan ekonomisnya menjadi perempuan. Slogan populernya, “One is not born a woman, one becomes one.” Bagi pria, perempuan dipandang sebagai obyek seks (The Other, Sang Liyan), sementara pria dilihat sebagai Sang Subyek.

Bagaimana orangtua menyikapinya? Ketika berbicara soal seks kepada remaja, jangan pernah berbicara dan berlaku seperti layaknya agen rahasia Israel Mossad yang punya semboyan, “Kau akan berperang dengan tipu muslihat.” Bukankah mantan agen Mossad, Victor Ostrovsky menulis bahwa persepsi adalah segalanya, karena itu informasi harus dikendalikan dan dimainkan dengan kebohongan.

Jauhi cara-cara yang meniru gaya Mossad manakala orangtua bicara soal seks di hadapan remaja. Gunakan model pendekatan ruang lingkup kebudayaan (circulo de cultura) yang dipopulerkan oleh tokoh pendidikan Amerika Latin Paulo Freire.

Maksudnya, berikan rasa aman dan penerimaan seluas-luasnya kepada remaja sebagai pribadi yang berhak berkembang. Remaja menamai jagat dunia seksnya sendiri. Bukan jagat dunia seks versi orangtua. Caranya, temukan dan bicarakan bersama-sama topik-topik ngetrend soal seks dan remaja.

Dan tuan putri YYX bertutur, “Dengan ibu, aku membicarakan segalanya, dari pengalaman pacaran, sampai my first kiss. Segalanya lapor sama ibu. Ibu adalah penguasa tunggal di hatiku.” Saat itu juga, Dewi Aphrodite meminta para pelayannya untuk menyelubungi dirinya dengan menggunakan kerudung tipis.

Aphrodite menyukai sajian bunga-bunga putih, pohon apel, dan bunga ros. Wahai remaja, berikan ibumu persembahan bunga-bunga khas Aphrodite seraya berdoa, “Seks adalah cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.”