Category Archives: Buku Terbaru

Jakarta Sudah Pasti Tenggelam dan Tidak Terselamatkan

Jakarta dan banjir seolah kawan lama. Melihat perkembangannya dari waktu ke waktu, NASA menilai Jakarta sangat berisiko dan rentan tenggelam. Prediksi itu diungkapkan oleh The National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada laman resminya tengah tahun ini. Penyebabnya, kombinasi banyak faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di ibu kota RI itu.

“Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut,” tulis NASA. Rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun. Sudah begitu, hujan semakin intens dengan atmosfer yang makin memanas.

Itu ditambah dengan penyedotan air tanah tanpa ampun dengan pompa air oleh perusahaan. Data menunjukkan, sekitar

40 persen luas tanah Jakarta berada di bawah permukaan laut saat ini.

“Pompa air tanah menyebabkan tanah tanah tenggelam atau surut dengan kecepatan tinggi,” begitulah keterangan yang dibuat NASA. Turunnya permukaan tanah Jakarta juga dipercepat oleh urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Menyempit atau tersumbatnya saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah Jakarta.

Faktor lainnya yang mempercepat tenggelamnya Jakarta adalah reklamasi yang diizinkan Pemprov DKI

Langganan Banjir Sejak Dulu
NASA menunjukkan data bahwa sejak dulu Jakarta menjadi langganan banjir. Sejak tahun 1990, banjir besar di Jakarta rutin terjadi dalam beberapa tahun. Bentang alam di dataran rendah dan adanya sungai besar yang boleh dibilang selalu meluap kala banjir, Jakarta menjadi sangat akrab dengan banjir.

Nah, banjir menjadi semakin parah dengan perubahan fungsi area di pinggir sungai. Perubahan itu dicatat NASA lewat citra dari luar angkasa atau lndsat. Perbandingan landsat Jakarta pada tahun 1990 dan 2020 sangat mencolok. Dari foto itu nampak jelas evolusi Jakarta dalam tempo tiga dekade terakhir.

Dari foto landsat itu, bisa dilihat adanya hilangnya hutan dan vegetasi di sepanjang Sungai Ciliwung dan Cisadane. Area itu beralih menjadi pemukiman. Setelah tidak ada vegetasi dan hutan setelah menjadi pemukiman, luapan kedua sungai itu pun tidak lagi memiliki area penyerapan. Area itu kemudian justru berkontribusi terhadap limpasan dan banjir bandang.

“Musim hujan pada tahun 2007 membawa banjir yang sangat merusak dengan lebih dari 70 persen kota terendam,” NASA membeberkan. “Dengan populasi di Jakarta meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 menjadikan lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi,” begitulah keterangan NASA.

Dari landsat tahun 1990 dan 2019 terlihat munculnya lahan buatan dan pembangunan di perairan Teluk Jakarta. Menurut salah satu analisis data landsat, setidaknya sudah ada 1.185 hektar lahan buatan di sepanjang pantai.

“Sebagian besar lahan itu digunakan untuk pembangunan perumahan kelas atas dan lapangan golf,” ujar Dhritiraj Sengupta, peneliti penginderaan jauh di East China Normal University. Lahan buatan atau reklamasi itu memiliki risiko tinggi. Menurut Sengupta, Jakarta tak bisa menghindar dan melawan kenaikan permukaan laut serta gelombang badai. “Pulau-pulau buatan seringkali merupakan jenis tanah yang paling cepat turun, karena pasir dan tanahnya mengendap dan menjadi padat seiring waktu,” kata Sengupta.

Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. Di pulau reklamasi baru, angka itu cukup tinggi, hingga 80 milimeter, per tahun. Baca juga: Banjir dan Permukiman Liar Bayang-bayangi Suaka Margasatwa Muara Angke Saat ini, pulau-pulau reklamasi berisi perumahan yang dibangun oleh Pembangunan Terpadu Pesisir Jakarta. Ini adalah upaya yang dilakukan untuk melindungi kota dari banjir dan mendorong pembangunan ekonomi.

Inisiatif utamanya adalah pembangunan tanggul laut raksasa dan 17 pulau buatan baru di sekitar Teluk Jakarta. Meskipun pengerjaan proyek dimulai tahun 2015, berbagai masalah tak terhindarkan dan justru memperlambat konstruksi. Pemerintah Indonesia telah membahas pemindahan ibukota ke Kalimantan. Langkah ini diharapkan bisa membawa perubahan pada Jakarta yang semakin padat dan terendam.

“Rencana untuk membangun tembok laut besar atau seawall masih ada, tetapi mungkin tidak akan cukup untuk mempertahankan status quo di Jakarta,” tulis NASA.

Image

Sejarah Penulis Kho Ping Hoo Alias Asmaraman Sukowati

Pameran Rumah Murah Untuk Pasangan Milenial Yang Baru Menikah

Menjelang akhir tahun 2020, para pemangku kepentingan industri properti di tanah air baik pengembang dan perbankan optimis proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan di kisaran 4,5 hingga 5,5 persen. Selain itu, adanya perkiraan vaksin Covid-19 mulai bisa digunakan di Indonesia pada awal tahun depan menyebabkan ekonomi dan bisnis akan bergerak ke arah yang lebih positif.

Marine Novita, Country Manager Rumah.com menjelaskan bahwa optimisme pelaku industri properti ini juga sejalan dengan meningkatnya indeks properti menurut Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) secara kuartalan yang dapat dilihat sebagai bentuk kegigihan para pelaku industri properti untuk menjaga agar roda industri tetap berjalan serta kebijakan yang tepat dari pemerintah.

“Pulihnya optimisme pelaku industri properti ini juga terlihat dari sisi penyedia suplai. Menurut data Rumah.com Indonesia Properti Market Indeks – Suplai (RIPMI-S) pada kuartal ketiga 2020, indeks suplai properti di Indonesia berada di angka 144,7. Angka ini meningkat secara tajam hingga 10 persen dari kuartal sebelumnya dan 25 persen secara tahunan. Rumah.com Indonesia Property Market Index – Suplai (RIPMI-S) menunjukkan tren positif dengan peningkatan yang terjadi dalam dua kuartal terakhir,” jelas Marine.

Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Marine menerangkan bahwa menurut data RIPMI, tahun ini, suplai properti menunjukkan penurunan pada kuartal pertama namun secara berturut-turut menunjukkan kenaikan pada kuartal kedua dan ketiga. Peningkatan tertinggi terlihat pada kuartal ketiga tahun ini, sekaligus yang tertinggi selama tiga tahun terakhir.

“Suplai properti residensial terbesar berdasarkan data Rumah.com datang dari DKI Jakarta, yakni sebesar 32 persen dari total suplai nasional. Sementara itu, Jawa Barat menyumbang suplai sebesar 28 persen, diikuti Banten (17 persen), dan Jawa Timur (14 persen). RIPMI-S untuk Banten berada pada angka 144,5 pada kuartal ketiga tahun ini, mengalami kenaikan sebesar 11 persen (QoQ). Sementara itu, RIPMI-S DKI Jakarta berada pada angka 140,1 dengan kenaikan sebesar 5,2 persen (QoQ). Peningkatan suplai terbesar terjadi di Jawa Barat yakni sebesar 12,2 persen (QoQ). RIPMI-S Jawa Barat berada pada angka 140,9,” ungkapnya.

Adanya peningkatan secara drastis indeks suplai properti tersebut memberikan keuntungan bagi konsumen, dimana kuartal ini masih tetap menjadi buyer’s market. Sehingga bagi sebagian konsumen, membeli rumah di situasi seperti ini mungkin bukan keputusan yang ideal, tetapi bagi mereka yang memang benar-benar sudah siap secara finansial, keputusan sebaiknya diambil sekarang juga.

Keputusan membeli properti di saat buyer’s market seperti ini sangat tepat diambil khususnya bagi pasangan muda apalagi bagi mereka yang baru menikah di masa pandemi sehingga bisa berhemat biaya resepsi pernikahan dan bisa digunakan untuk membeli rumah. Pernikahan sebagai awal kehidupan baru bagi sebagian orang memang menjadi alasan untuk keluar dari rumah orang tua dan mulai tinggal mandiri di rumah sendiri. Salah satu perumahan yang sedang naik daun adalah Perumahan Modernland Cilejit yang terletak di Tangerang Selatan dan dekat dengan BSD. Komplek perumahan ini terhubung erat dengan jalur transportasi TOD stasiun cilejit hingga tanah abang. Dengan sudah mulai rampungnya pembangunan jalan tol Serpong Balaraja maka akses keperumahan ini akan semakin mudah. Dari data statistik, sejak diluncurkan tahun 2019, harga rumah dikawasan ini telah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5-10 persen.

Fakta ini juga sejalan dengan hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020, dimana sekitar 63 persen responden menyatakan bahwa belum menikah menjadi salah satu alasan untuk belum keluar dari rumah orang tua. Angka ini naik secara drastis dari level 46 persen responden yang dinyatakan pada semester sebelumnya.

Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1007 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2020. Survei ini dilakukan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di tanah air.

Masih menurut hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020, 52 persen pasangan muda atau generasi muda yang berada pada rentang usia 22-29 tahun menyatakan harus menunda transaksi properti di masa pandemi seperti sekarang ini. Padahal kelompok usia tersebut saat ini memiliki intensi yang lebih tinggi untuk memiliki rumah. Hal ini seperti dinyatakan oleh 44 persen responden survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020.

Bagi pasangan muda yang sedang mencari hunian incaran bisa mempertimbangkan beberapa area yang dianggap prospektif dengan pilihan yang banyak dari sisi suplai dan harga yang belum naik terlalu tinggi seperti area Kota Tangerang dimana saat ini harga propertinya masih berada pada kisaran Rp 12,5 juta per meter persegi sedangkan harga rumah di wilayah tetangganya yaitu Jakarta Barat telah mencapai Rp 23,8 juta per meter persegi atau hampir dua kali lipat.

“Perkembangan Kota Tangerang saat ini sangat pesat, infrastruktur transportasi dan fasilitas umum terus bertambah. Dengan harga yang lebih rendah namun fasilitas yang tak kalah lengkap, konsumen mulai melirik Kota Tangerang sebagai alternatif Jakarta Barat.” jelas Marine.

Sementara itu indeks suplai properti Kota Tangerang Selatan berdasarkan RIPMI-S berada pada angka 141,1 dengan kenaikan 11,9% (QoQ), sedangkan Kabupaten Tangerang dengan indeks sebesar 202,7 mengalami kenaikan sebesar 10,7% (QoQ). Menurut Marine, kenaikan suplai properti di wilayah satelit DKI Jakarta ini menjadi indikasi bahwa pengembang memfokuskan pembangunan hunian untuk kelas menengah dan menengah atas di kawasan-kawasan alternatif dengan harga yang lebih terjangkau.

“Harga properti di Kabupaten Tangerang saat ini berada pada kisaran Rp 7,6 juta per meter persegi, sementara Bekasi masih Rp 9 juta per meter persegi. Harga ini tentu jauh lebih rendah jika dibandingkan harga properti di DKI Jakarta yang minimal berada di kisaran Rp 22 juta per meter persegi. Sama seperti Kota Tangerang, kawasan ini juga mengalami pembangunan infrastruktur transportasi yang pesat sehingga aksesnya menjadi lebih mudah,” katanya.

Kecamatan Tangerang dan Kecamatan Cipondoh menjadi dua area yang paling prospektif di wilayah Kota Tangerang pada kuartal ketiga tahun ini. Tangerang dan Cipondoh menawarkan peluang terbaik bagi konsumen. Berdasarkan analisis Rumah.com, kedua area ini memiliki fasilitas umum yang lengkap dan beragam pilihan akses transportasi umum dan pribadi.

Meskipun Cipondoh tidak memiliki banyak fasilitas umum di dalamnya, namun karena letaknya yang tepat bersebelahan dengan Jakarta Barat, penghuni di area ini sangat dimanjakan dengan beragam fasilitas seperti mal, pusat perbelanjaan, dan fasilitas kesehatan kelas menengah atas dari Jakarta Barat. Cipondoh juga memiliki kawasan reservasi dan kawasan hijau di Situ Cipondoh sehingga sangat ideal bagi pencari properti.

Sedangkan Kecamatan Tangerang menjadi pusat Kota Tangerang, sehingga fasilitas umum dan infrastrukturnya pun lengkap. Di sini ada dua stasiun Kereta Rel Listrik commuter line (Stasiun Tangerang dan Stasiun Tanah Tinggi) yang memberikan akses langsung ke wilayah Jakarta Barat. Kecamatan Tangerang juga memiliki akses yang baik ke bandara dan tol lingkar luar Jakarta serta adanya lima mal, di antaranya adalah TangCity Mall dan Lippo Karawaci.

Bagi pasangan muda yang ingin mengetahui detil persyaratan dan tips untuk pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa mendapatkan informasinya secara lengkap melalui Rumah.com/berdua. Selain itu Rumah.com saat ini masih menggelar Asia Virtual Property Expo (AVPE) yang menghadirkan 300 proyek perumahan dari berbagai negara termasuk pengembang terkemuka Indonesia dan bunga khusus 4.74% dari BNI.

“Pandemi yang telah memaksa pasangan muda menggelar pernikahannya menjadi lebih sederhana sebetulnya merupakan kesempatan baik bagi mereka untuk mengalihkan dananya untuk membeli rumah. Apalagi di tengah kenaikan indeks suplai properti menandakan banyaknya pilihan dan kondisi buyer’s market. Bagi pasangan muda maupun mereka yang menikah di tahun 2020 maka saat ini adalah kesempatan terbaik untuk membeli rumah,” pungkas Marine.

Novelis Prancis Patrick Modiano Raih Nobel Sastra

Novelis Prancis, Patrick Modiano, memenangi hadiah Nobel 2014 untuk bidang sastra, kemarin. Meski tak terlalu terkenal di luar Prancis, Modiano dikenal sebagai penulis novel, buku cerita anak-anak, dan naskah film.

Beberapa karya Modiano, dari sekitar 30 karyanya, termasuk The Trace of Malice dan Honeymoon. Karya terbarunya adalah novel Pour que tu ne te perdes pas dans le quartier. “Dia tidak diragukan lagi, salah satu penulis terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dari awal abad ke-21,” puji Perdana Menteri Prancis Manuel Valls.

Modiano lahir di pinggiran Paris Boulogne-Billancourt pada Juli 1945, beberapa bulan setelah pendudukan Nazi resmi berakhir pada akhir 1944. Dia adalah anak didik novelis Raymond Queneau, yang terkenal atas eksperimennya dengan bahasa.

Nama Modiano mencuat pada akhir 1970-an, tapi kemudian menarik diri dari publisitas. Ia ikut menulis naskah kontroversial bersama Louis Malle tentang film Lacombe Lucien pada 1974. Film ini menceritakan seorang remaja yang hidup di bawah pendudukan, ditolak oleh pejuang Prancis, dan jatuh dengan kolaborator pro-Nazi.

“Salah satu yang unik dari dirinya adalah gaya yang sangat tepat, sangat ekonomis. Dia menulis dengan kalimat sangat elegan,” kata Peter Englund, sekretaris tetap Akademi Nobel Swedia, kemarin.

Modiano mengalahkan kandidat lain, yakni penulis Kenya, Ngugi wa Thiong’o; sastrawan Jepang, Haruki Murakami; jurnalis investigasi Belarus, Svetlana Alexievich; dan penyair Suriah, Adonis. Modiano menjadi orang Prancis kesebelas yang memenangi hadiah Nobel sastra. Yang terakhir adalah Jean-Marie Gustave Le Clezio pada 2008.

Majalah Panjebar Semangat Pecahkan Rekor MURI

Bertepatan dengan usianya yang ke-80, Majalah Panjebar Semangat memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia sebagai majalah berbahasa Jawa tertua di Indonesia.

Penghargaan itu diberikan oleh Senior Manager MURI Paulus Pangka di Rumah Makan Taman Sari, Surabaya, Senin malam, 2 September 2013. “Majalah ini konsisten menjaga kearifan lokal sejak 1933,” kata Paulus dalam sambutannya.

Peringatan 80 tahun Panjebar Semangat digelar secara sederhana. Sejumlah tokoh, penulis, dan penutur bahasa Jawa turut hadir. Sebagian besar para sesepuh yang mengikuti perjalanan Panjebar Semangat sejak awal, baik sebagai pembaca maupun penyumbang tulisan.

Sabtu Wage, 2 September 1933, Panjebar Semangat pertama kali diterbitkan oleh dr Soetomo yang juga pendiri organisasi Boedi Oetomo. Penerbitan pertama ini masih berbentuk tabloid serba-sederhana. Dr Soetomo, yang dibantu oleh wartawan Imam Soepardi, kala itu hanya bermodal nekat.

Majalah ini digunakan untuk mengobarkan semangat merebut kemerdekaan. Alih-alih memakai bahasa Indonesia yang baru dideklarasikan pada 1928, Panjebar Semangat justru eksis dengan bahasa Jawa hingga sekarang. Panjebar Semangat bahkan menjadi satu-satunya majalah yang dianugerahi rekor MURI sebagai majalah tertua.

Di tengah globalisasi, Panjebar Semangat tetap tampil dengan keasliannya. Menurut Paulus, bahasa merupakan cermin tingginya peradaban. Lagipula penyampaian pesan moral sering kali lebih mudah diterima bila menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. “Bahasa lokal ini yang harus diajarkan dan tetap dipertahankan. Ini kekhasan kita,” ujarnya.

Bagi pemimpin redaksi sekaligus pemimpin perusahaan Panjebar Semangat, Arkandi Sari, penghargaan MURI tentu menjadi penambah semangat sekaligus cambuk untuk lebih teguh berkarya. “Kami berharap bahasa Jawa tidak akan hilang, makin dicintai dan tidak ditinggalkan,” ujarnya.

Amanat sang kakek Moch Ali (adik Imam Supardi) memotivasi dia untuk terus menjalankan usaha ini. “Amanah dari kakek, mati urip majalah ini harus dilanjutkan,” ujarnya.

Buku 33 Tokoh Sastra Mengandung Kebohongan

Puluhan seniman, akademisi, mahasiswa, guru, dan pecinta sastra yang tergabung dalam Aliansi Pecinta Sastra Malang meminta agar buku berjudul 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh tidak diedarkan. Alasannya, buku tersebut tidak layak untuk dijadikan referensi sastra, karena tokoh yang dipilih tidak jelas kreterianya.

Sikap tersebut mereka ekspresikan lewat aksi membaca puisi bernada protes di depan patung Chairil Anwar di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang, Jawa Timur. “Buku ini mengandung dusta dan penyelewengan sejarah,” kata koordinator Aliansi, Rif Faruq Ma’x Mandar Rantau, Jumat 31 Januari 2014.

Faruq menilai buku tersebut berpotensi menyesatkan pembaca dan sejarah sastra jika dijadikan rujukan di lembaga pendidikan. Aliansi menuntut 8 orang tim penyusun untuk menguji, misalnya benarkah tokoh Denny Januar Aly karya-karyanya sejajar dengan Chairil Anwar. Peran Denny di sini yang paling menonjol sebagai promotor penerbitan buku tersebut.

Faruq mengajak kepada masyarakat, pecinta sastra, penulis, kritikus dan akaemisi untuk bersama-sama menolak pembodohan ini. Menurutnya, dalam waktu dekat sebuah petisi bakal mereka kirim ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Isinya, meminta agar Kementerian menguji buku setebal 777 halaman itu.

Meski tak menampik bahwa banyak sastrawan berpengaruh yang dimuat dalam buku tersebut, namun Aliansi tetap menyayangkan masuknya Denny yang selama ini dikenal sebagai tukang survei elektabilitas tokoh politik. Meski aktif menulis puisi dan esai, tapi hal itu baru dilakukan Denny pada dua tahun terakhir ini.

Menurut Denny, buku ini haus dilihat secara positif karena menstimulasi sastra. Ini sebuah ikhtiar dan hasilnya boleh tidak sempurnya. Generasi selanjutnya silakan melanjutkannya,” kata dia sembari menambahkan, “Ini bukan kitab suci. Kritik buku harus dengan buku.”

Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh telah beredar sejak Juni 2013 di sejumlah toko buku. Tingkat lakunya masih kecil. Sebuah toko buku besar selama tujuh bulan hanya sanggup menjual tujuh buku yang harganya Rp 120 ribu ini. “Tidak banyak yang tertarik membeli,” kata bagian penjualan, Andre Septiadi.

Buku Sepak Terjang Yakuza Di Indonesia Diterbitkan

Sindikat terorganisasi, Yakuza, di Jepang mulai mencari peruntungan ke Indonesia. Ciri-cirinya, pencucian uang, perusahaan fiktif, dan main pasar modal. Mengkhawatirkan?

Richard Susilo, 52 tahun, wartawan Indonesia yang menetap di Jepang sejak 1983 dan meneliti kehidupan Yakuza selama 20 tahun, mengungkapkan kisahnya dalam buku Yakuza Indonesia. Buku ini diluncurkan pada 14 Juli 2013 di toko buku Gramedia, Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan.

Buku ini menampilkan sejarah, sepak terjang kelompok seperti mafia Italia ini di Jepang, dan wawancara dengan putra-putri pemimpin Yakuza. Dalam melakukan tugas jurnalistik, Richard pernah bertemu dengan perempuan Indonesia asal Pontianak yang mempunyai suami anggota Yakuza. ”Ia memiliki sumber berita yang banyak dan menarik ditulis,” kata Richard, yang menutup rapat siapa nama jelas sumbernya dengan alasan keamanan dirinya.

Ia juga bertemu Manabu Miyazaki, penulis buku laris tentang Yakuza–salah satunya biografi Toppamono yang sudah dialihbahasakan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris, Cina, dan Korea.

Miyazaki juga putra petinggi Yakuza yang memberi tahu Richard bahwa Yakuza sudah sejak lama masuk ke Indonesia untuk mencari satu tujuan, mencari uang sebanyak mungkin. “Bahkan akan jauh lebih banyak masuk ke Indonesia karena perekonomian sangat baik, pengusaha Jepang semakin banyak berinvestasi,” kata Richard.

Nantinya, Yakuza akan mencari selamat dengan mendekati pihak aparat sebagai backing dan menghindari pertengkaran dengan preman lokal. Invasi Yakuza ke Indonesia (juga ke Thailand dan Filipina) ini disebabkan posisi mereka di Jepang terjepit dengan adanya Undang-Undang Anti-Yakuza yang diberlakukan, sehingga mencari uang di Jepang sangat sulit.

Kelompok ini sudah ada sejak zaman Tokugawa atau zaman Edo, pada 1603–1868 masa Shogun. Pada era itu, ada 500 ribu samurai menganggur (ada yang menjadi pedagang dan ronin atau tunawisma). Sedangkan sisanya menjadi penjudi, pencuri, dan kriminal untuk mendukung kehidupan.

Di Indonesia, Yakuza banyak datang ke Kalimantan untuk bisnis kayu dan tambang, seperti minyak dan batu bara. Juga bisnis energi (listrik dan batu bara) yang melibatkan modal dan uang besar. Di negeri bersangkutan, Yakuza akan mendekati perusahaan Jepang yang menjadi target mangsa bila mendapatkan ancaman dari preman setempat.

Menurut penelitian Richard, kebanyakan Yakuza Jepang di Indonesia melakukan praktek pencucian uang (money laundering) dan mendekati petinggi negara, seperti militer, polisi, dan parlemen. Dari data yang dia peroleh, sekitar Rp 2 triliun milik Yakuza sudah masuk ke Indonesia melalui metode pencucian uang.

Di balik praktek kotor kalangan Yakuza, ada sisi sosial yang ditunjukkan Yakuza. Yakni ketika gempa bumi melanda Kobe, Jepang, pada Januari 1995 yang menelan 6.000 lebih jiwa dan gempa di Fukushima pada 2011. “Mereka membawa bantuan berupa air, makanan, obat sampai beberapa truk,” kata Richard.

Resensi Buku: Hari Terakhir Kartosoewirjo

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, sang imam DI/TII bukan besar di lingkungan pesantren. Dia semasa kecil menempuh pendidikan kolonial Belanda. Hak istimewa ini diperolehnya karena posisi ayahnya yang merupakan mantri pada kantor yang bertugas melakukan koordinasi penjualan candu. Seperti dikutip dari buku Fadli Zon, ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’, Jumat (7/9/2012) dituliskan Kartosoewirjo lahir pada Selasa kliwon, 7 Februari 1905, di Kota Cepu, perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Karena posisi penting ayahnya ini, Kartosoewirjo termasuk salah satu anak negeri uang berkesempatan mengenyam pendidikan modern kolonial Belanda,” tulis Fadli Zon. Saat itu, sekitar tahun 1910, Indonesia atau Hindia Belanda tengah hangat dengan munculnya organisasi pergerakan, yang sebagian besar masih bersifat kedaerahan. Saat itu, tulis Fadli dalam bukunya, sebagai anak mantri atau setingkat sekretaris distrik, Kartosoewirjo bisa mengenyam pendidikan sekolah Inlandsche School der Tweede Klasse atau sekolah bumiputera kelas dua. Tamat dari sekolah itu, Kartosoewirjo melanjutkan ke HIS (Hollandsch Inlandsche School), setelah itu Kartosoewirjo melanjutkan ke ELS (Europeesche Lagere School).

“Untuk orang Indonesia, sekolah HIS dan ELS merupakan sekolah elite, hanya anak Eropa dan Indo yang bisa masuk, serta sekelompok anak bumiputera yang berstatus sosial tinggi, cerdas, dan berbakat,” tulis Fadli. Pada usia 18 tahun, pada 1923, Kartosoewirjo menjadi mahasiswa sekolah dokter Hindia Belanda di Surabaya. Nah, di masa itulah cikal bakal bakat sebagai organisatorisnya mulai muncul. Di Kota Surabaya, Kartosoewirjo menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya, dan bahkan kemudian menjadi ketua cabang. Hingga pada 1925 dia bergabung dengan Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan Wiwoho, “Selama di Surabaya, Kartosoewirjo bersama para pemuda lain berkenalan dengan banyak ideologi atau haluan politik dan bentuk perjuangan semuanya mengambil konsep-konsep modern dari Barat,” tulis Fadli lagi.

Pada 1927, Kartosoewirjo dikeluarkan dari sekolah kedokteran tersebut. Seperti ditulis Fadli Zon, Kartosoewirjo diangga terlibat gerakan politik. Salah satunya, pihak sekolah menemukan bukti bahwa Kartosoewirjo memiliki buku komunisme dan sosialisme. Buku itu didapat dari pamannya Mas Marco Kartodikromo. Hingga akhirnya, perjalanan politik sesungguhnya Kartosoewirjo dimulai ketika dia berkenalan dengan Tjokroaminoto, yang dikenal sebagai pimpinan Syarikat Islam yang sangat berpengaruh di Jawa.

Di zamannya, Tjokroaminoto merupakan panutan anak muda saat itu. Mulai dari Soekarno, Semaun, hingga Kartosoewirjo berguru kepadanya. Pemimpin Syarikat Islam, organisasi terbesar saat itu pun banyak menelurkan tokoh-tokoh besar di Indonesia. Fadli Zon dalam buku ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’ seperti dikutip detikcom, Jumat (7/9/2012) menulis Tjokroaminoto saat itu disebut Belanda sebagai ‘Raja Jawa Tanpa Mahkota’.

Kartosoewirjo yang kemudian menjadi imam DI/TII, memulai kariernya dengan menjadi sekretaris pribadi Tjokroaminoto sekitar tahun 1927. Kartosoewirjo sering menemani perjalanan politik Kartosoewirjo keliling Jawa. “Tjokroaminoto adalah guru politik dan mentor Islamisme Kartosoewirjo,” tulis Fadli Zon. Pada 1929, Kartosoewirjo berhenti karena sakit. Dia pun pindah dan tinggal bersama mertuanya di Malangbong, Garut. Kartosoewirjo sudah menikah dengan Dewi Siti Kalsum, yang juga putra tokoh PSII Ardiwisastra.

Kemudian, Kartosoewirjo pun belajar agama kepada Notodiharjo, tokoh Islam modern. Dia juga belajar pada sejumlah ulama di Bandung dan Tasikmalaya. “Ia juga belajar agama Islam dari buku-buku asing, dan mendalami Alquran dan hadist dari kitab berbahasa Belanda,” tulis Fadli.

Selama aktif di pergerakan Islam, seperti koleganya Soekarno, Kartosoewirjo pun kerap mengenyam dinginnya sel penjara. Kartosoewirjo juga pernah menjadi sekretaris umum PSII, kemudian pimpinan koran harian Fadjar Asia. Saat Jepang masuk Indonesia, Kartosoewirjo juga aktif dalam MIAI (Madjlis Islam ‘Alaa Indonesia). Di organisasi itu, Kartosoewirjo memberikan pendidikan pelatihan kemiliteran. “Lulusan pelatihan itu banyak yang akhirnya memasuki organisasi gerilya Islam, seperti Hizbullah dan Sabilillah yang kemudian menjadi Tentara Islam Indonesia,” tulis Fadli.

Hingga kemudian setelah Perjanjian Renville, Kartosoewirjo bersama pasukan Tentara Islam Indonesia yang di bawah komandonya memutuskan memisahkan diri. Pada 1949 dia pun memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Saat itu Jawa Barat memang tengah ditinggalkan TNI sesuai isi perjanjian Renville, merujuk kepada perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia hanya Jawa, Sumatera, dan Madura.

Lewat foto-foto di buku Fadli Zon, ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’, terpapar bukti bahwa sang imam DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dimakamkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Lokasi yang juga tempat eksekusi itu kini menjadi tujuan keluarga untuk berziarah. “Kita rencanakan, harus musyawarah bagaimana ziarah ke Pulau Ubi,” jelas putra Kartosoewirjo, Sardjono Kartosoewirjo, saat berbincang, Kamis (6/9/2012).

Selama ini banyak orang menyangka makam Kartosoewirjo yang dieksekusi pada September 1962 berada di Pulau Onrust. Memang sempat tersiar kabar, bahwa makam yang berada di Pulau Onrust, merupakan pindahan dari Pulau Ubi. Namun kabar itu pun belum jelas. “Yang di Pulau onrust kita belum tahu, mungkin saja sudah dibongkar yang di Ubi, dan dipindah ke Onrust. Tapi kan harus dibuktikan forensik. Kita saja belum lihat makam di Ubi, masih ada atau enggak,” jelasnya.

Kartosoewirjo ditangkap pada Juni 1962 di Gunung Geber, Majalaya. Dia dieksekusi pada September 1962. Berdasarkan foto-foto yang didapat Fadli Zon dari seorang kolektor, diketahui lokasi pemakaman Kartosoewirjo berada di Pulau Ubi, dengan sebuah pohon menjadi penanda. Kisah mistis tak lepas dari sosok Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang juga imam DI/TII. Bahkan ada pengikutnya yang meyakini sosok Kartosoewirjo sebagai satria piningit. Apalagi, Kartosoewirjo memang dikenal memiliki sejumlah senjata yang banyak disebut orang bertuah.

“Orang-orang yang bilang bapak terkait mistik, itu pemahaman keliru,” sanggah putra Kartosoewirjo, Sardjono Kartosoewirjo saat berbincang dengan detikcom, Kamis (6/9/2012). Sardjono menegaskan ayahnya manusia biasa. Tak terkait mistik ataupun hal yang berbau takhyul. Namun, dia menuturkan ayahnya itu memang memiliki keris yang dikenal dengan nama Ki Dongkol dan pedang yang diberi nama Ki Rompang. Walau orang banyak menyebut senjata itu sebagai ajimat, Sartono tetap yakin benda-benda itu semata hanya senjata biasa, dan merupakan pemberian orang.

“Keris itu sudah disita tanggal 6 Juni 1962. Benda itu perkakas perang saja, keris itu pemberian. Dulu dapatnya dari tukar menukar cinderamata. Saya enggak tahu siapa yang ngasih, tapi Bapak enggak pernah ngoleksi benda-benda,” jelas Sardjono memberi penegasan. Soal pedang yang disebut sebagai Ki Rompang, yang dia tahu benda itu juga pemberian. Pedang itu sebagai senjata untuk perang dan diberi seseorang sebagai hadiah. Bukan terkait jimat atau mistik.

“Pedang itu juga disita, dulu ada di musium Siliwangi Bandung, tapi enggak tahu apa itu asli atau duplikasi,” tutur Sardjono. Soal keris dan pedang, memang sempat menjadi cerita di masyarakat kala itu. Kartosoewirjo dianggap kebal dan terlindungi dari kejaran tentara. Sartono kembali menegaskan lewat foto-foto yang dipublikasikan di buku Fadli Zon ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’ terpapar bukti ayahnya manusia biasa.

“Dengan foto-foto kemarin dibuktikan, mistik itu enggak ada. Kepercayaan itu sesuatu yang sesat. Karena bapak juga tidak kebal saat ditembak,” jelas Sardjono. Rolex dikenal sebagai jam tangan mewah. Hanya kalangan atas saja yang bisa memakainya. Tapi siapa sangka kalau imam DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo penyuka Rolex. Saat ditangkap di Gunung Geber, Majalaya, jam tangan Rolex ada pada dirinya. Seperti dituliskan dalam buku Fadli Zon ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’, salah satu yang diserahkan Kartosoewirjo untuk dikembalikan ke keluarga adalah jam tangan Rolex. Kabarnya setelah dikembalikan ke keluarga, jam tangan itu hilang dicuri.

Berbicara soal Rolex yang dikenakan Kartosoewirjo, sang anak Sardjono angkat bicara. Jam tangan seperti itu, di masa ayahnya, umum dipakai seorang pemimpin. Jadi hal yang biasa. “Itu jam prosedur standar, untuk pemimpin saat itu,” kata Sardjono Kartosoewirjo saat berbincang dengan detikcom, Kamis (6/9/2012). Soal Rolex itu pun, Sardjono mengaku tidak tahu asal muasalnya. Entah diberi seseorang atau membeli sendiri. Dia hanya tahu, ayahnya sudah memakai jam tangan itu. “Saya enggak tahu dari mana. Enggak ada cerita di keluarga. Pemimpin yang lain juga pakai itu,” jelas Sardjono.

Kartosoewirjo ditangkap pada Juni 1962. Saat ditangkap, seperti ditulis Fadli Zon, kondisi Kartosoewirjo mengenaskan. Pria yang memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 1949 itu dalam kondisi kekurangan makan dan kurus. Kartosoewirjo dieksekusi mati pada September 1962 di Pulau Ubi. Dia pun dimakamkan di pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu itu. Pemimpin DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo tewas di tangan regu tembak di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Foto-foto yang dimuat di buku Fadli Zon berjudul ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’ membuka selubung misteri mengenai kematian pria yang memproklamirkan negara Islam Indonesia ini.

Jauh sebelum foto ini terungkap ke publik, berbagai informasi soal kematian Kartosoewirjo memang simpang siur. Saat itu sekitar tahun 1962, sudah jelas Kartosoewirjo ditangkap di Gunung Geber, Majalaya oleh TNI. Namun ada saja berkembang di masyarakat soal cerita sosok Kartosoewirjo yang masih hidup. Ada yang mengaku melihat Kartosoewirjo di daerah A, atau daerah B. Maklum saja, Kartosoewirjo dikenal pengikutnya sebagai Imam Mahdi atau Ratu Adil. Bukan soal cerita yang masih hidup, lokasi kuburan Kartosoewirjo pun tak jelas. Banyak yang meyakini bahwa kuburan Kartosoewirjo di Pulau Onrust.

Seperti dikutip detikcom dari buku Fadli Zon, Kamis (6/9/2012), lewat foto-foto itu, tampak jelas bahwa Kartosoewirjo tewas di tangan regu tembak dan dimakamkan di Pulau Ubi. Lebih dari soal itu, ada yang menarik bila melihat foto-foto yang ditampilkan di buku itu. Menjelang eksekusi Kartosoewirjo berpakaian putih-putih. Menjelang kapal berlabuh di lokasi eksekusi pun, celana hitam Kartosoewirjo diganti menjadi celana putih.

Bukan hanya itu saja, bila diperhatikan dalam rangkaian foto-foto, terlihat tutup mata yang dipakai pun berwarna putih. Padahal biasanya, tutup mata yang dipakai dalam eksekusi berwarna hitam. Tapi, peci hitam tak lepas dari kepalanya. Apa makna warna putih itu? Mungkin saja hal itu bermakna putih adalah bersih. Mungkin saja itu permintaan Kartosoewirjo. Tapi sayangnya tak ada penjelasan dalam foto itu. Hanya disebutkan saja, Kartosoewirjo berganti pakaian dengan yang berwarna putih.

Pemimpin DI/TII Kartosoewirjo yang kerap dipanggil ‘sang imam’ oleh pengikutnya dieksekusi regu tembak di Pulau Ubi di Kepulauan Seribu. Lewat buku Fadli Zon berjudul ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’ yang memuat foto ekslusif detik-detik pelaksanaan eksekusi.

Fadli mengaku memperoleh foto-foto itu dari seorang kolektor 2 tahun lalu. Hingga kemudian pada Rabu (5/9), Fadli Zon yang concern dengan sejarah Indonesia ini berani meluncurkan buku untuk meluruskan sejarah. Bukan apa-apa, selama ini isu soal Kartosoewirjo selalu simpang siur. Mulai dari perlakuan yang tak pantas saat eksekusi hingga lokasi penguburan yang tidak jelas. Melalui buku yang gamblang menampilkan 81 foto itu semua terjawab. Kartosoewirjo di kalangan pengikutnya memang memiliki banyak mitos. Bahkan ada yang menyebut dia sebagai Imam Mahdi. Kartosoewirjo memproklamirkan negara Islam Indonesia pada tahun 1949 di Tasikmalaya.

Cap makar dan pemberontak pun dialamatkan pada Kartosoewirjo, hingga akhirnya pada Juni 1962 dia ditangkap di Garut. Dalam pengadilan militer dia divonis hukuman mati. Grasi (permohonan yang juga pernyataan bersalah) yang diajukan ke Presiden Soekarno ditolak. Awal September 1962, Kartosoewirjo diekseskusi di Pulau Ubi. Berikut 13 momen, detik-detik Kartosoewirjo dieksekusi di Pulau Ubi yang dikutip dari buku Fadli Zon:

1. Menginjakkan kaki di Pulau ‘eksekusi’ Ubi
Setelah jamuan makan bersama dengan keluarga dan melakukan salat taubat, Kartosoewirjo digiring menuju Pulau Ubi. Dengan tangan di borgol dia dibawa ke kapal. Sebelumnya tim dokter memeriksa kesehatan Kartosoewirjo. Seorang rohaniawan dari TNI pun selalu mendampingi. Sesaat sebelum kapal merapat ke Pulau Ubi, Kartosoewirjo diminta berganti pakaian dengan baju putih-putih. Matanya pun ditutup dengan sehelai kain putih. Dipandu polisi militer, Kartosoewirjo berjalan keluar kapal menginjakkan kaki di Pulau Ubi.

2. Menuju tiang eksekusi
Peci hitam, kemeja dan celana putih dikenakan Kartosoewirjo saat melangkah menuju tempat eksekusi. Mata sang imam DI/TII itu pun ditutup dengan kain putih. Dua petugas memapahnya menuju tiang eksekusi, sebilah kayu yang terpancang di atas tanah Pulau Ubi. Tangan Kartosoewirjo tak diborgol. Dia dikelilingi petugas bersenjata saat berjalan menuju tiang eksekusi. Tak ada perbincangan dalam perjalanan singkat itu.

3. Diikat ke tiang eksekusi
Kartosoewirjo tampak pasrah diikat ke tiang eksekusi. Begitu tiba di lokasi ekseksusi, dia langsung diikat dengan tangan di belakang dan tubuh bagian muka menghadap ke regu tembak. Seorang rohaniawan dari TNI terus mendampingi Kartosoewirjo, membantunya berdoa. Sedang beberapa tentara memastikan bahwa ikatan dilakukan dengan kuat. Ketika semua sudah siap, regu tembak mengambil posisi.

4. Berdoa sebelum regu tembak beraksi
Doa dipanjatkan Kartosoewirjo menjelang pelaksanaan eksekusi. Sang rohaniawan yang menemaninya sejak di kapal terus membimbingnya, membantu Kartosoewirjo melafalkan doa. Selama beberapa saat sebelum pelaksanaan eksekusi, Kartosoewirjo diberi kesempatan berdoa. Sedang regu tembak terus mempersiapkan diri. Ada 12 anggota regu tembak yang siap melaksanakan eksekusi.

5. Regu tembak bersiap eksekusi Kartosoewirjo
12 Anggota regu tembak bersiap melaksanakan perintah eksekusi. Oditur militer sudah menerima laporan komandan regu tembak. Kartosoewirjo sudah berdiri sendiri di tiang eksekusi. Oditur militer dan komandan regu tembak memeriksa barisan. Regu tembak yang bersenjata lengkap dan mengenakan helm perang dalam posisi siaga. Pelaksanaan eksekusi tinggal menunggu waktu.

6. Regu tembak mengokang senjata membidik Kartosoewirjo
Pemeriksaan barisan regu tembak yang dilakukan oditur militer selesai. 12 Anggota regu tembak pun bersiap mengokang senjata. Tak ada yang tahu, di pistol mana peluru berada. Kartosoewirjo pun sudah siap di tiang eksekusi. Tak ada gerakan lagi dari Kartosoewirjo. Dia hanya menunggu peluru menembus tubuhnya. Rohaniawan dan sejumlah tentara menyaksikan dari pingggir. Mereka memperhatikan jalannya eksekusi.

7. Kartosoewirjo terkulai, 5 peluru menembus dadanya
Dalam hitungan detik eksekusi selesai dilaksanakan. 5 Peluru menembus dada kiri Kartosoewirjo. Sang imam terkulai lemah. Tampak jelas 5 lubang di baju kiri di bagian dada Kartosoewirjo Oditur militer kemudian berbicara pada komandan regu tembak. Harus dipastikan bahwa Kartosoewirjo benar-benar sudah meninggal. Sang komandan pun kemudian menyiapkan pistolnya untuk eksekusi terakhir Kartosoewirjo.

8. Peluru terakhir untuk Kartosoewirjo
Peluru terakhir diletuskan komandan regu tembak untuk Kartosoewirjo. Penembakan terakhir yang dilakukan sang komandan memang merupakan tahapan prosedur guna memastikan terpidana yang dieksekusi tidak menderita. Komandan regu tembak itu, sesuai prosedur melalui perintah oditur militer. Pistol dia pun dicek lebih dahulu. Selesai diperiksa, dengan pistol di tangan sang komandan melangkah mendekati tiang eksekusi untuk mengambil tembakan terakhir.

9. Tim dokter cek tanda kehidupan di tubuh Kartosoewirjo
Usai peluru terakhir disarangkan, tim dokter kembali melakukan pengecekan memastikan terpidana benar-benar sudah meninggal dunia. Tampak darah menetes dari dada Kartosoewirjo yang sudah tak bernyawa.Dokter memastikan Kartosoewirjo meninggal dunia dengan peluru mengenai jantung. Jasad Kartosoewirjo pun dilepaskan dari tiang eksekusi dibawa menuju ke tempat pemandian.

10. Dilepaskan dari tiang eksekusi
Sejumlah anggota TNI menyiapkan tandu untuk menggotong tubuh tak bernyawa Kartosoewirjo. Sesuai ajaran islam, jenazah sebelum dikubur dimandikan lebih dahulu. Tak ada air tawar di Pulau Ubi, maka air laut pun digunakan. Dipandu rohaniawan dari TNI, jenazah dimandikan sesuai aturan Islam. Usai dimandikan, petugas kemudian mengkafani dengan kain putih jasad Kartosoewirjo. Semua dilakukan sesuai aturan Islam.

11. Salat jenazah
Salat jenazah digelar rohaniawan dari TNI. 3 Orang menjadi makmumnya. Mereka menyalati Kartosoewirjo yang sudah dibungkus kafan dan diletakkkan di atas tandu. Kartosoewirjo dieksekusi di Pulau Ubi dan dimakamkan di pulau itu juga. Foto-foto yang diungkap Fadli Zon dalam bukunya ini yang meluruskan sejarah, dahulu orang percaya bahwa Kartosoewirjo dikubur di Pulau Onrust. Kini terpapar bukti, Pulau Ubi menjadi lokasi penguburan Kartosoewirjo

12. Kuburan tak bernisan di bawah pohon di Pulau Ubi
Usai salat jenazah, Kartosoewirjo dikuburkan di bawah pohon di Pulau Ubi. Tak ada nisan di kuburan itu. Hanya pohon yang menjadi penanda. Kuburan digali sedalam 1 meter. Usai jasad diletakkan menghadap kiblat, papan kemudian menjadi penutup lubang. Usai dikuburkan, sejumlah petugas berdoa di depan kuburan Kartosoewirjo. Doa dipanjatkan untuk imam DI/TII yang tewas dieksekusi atas pidana makar.

13. Tiang eksekusi dibakar
Usai penguburan, tim regu tembak dan seluruh petugas meninggalkan Pulau Ubi. Namun sebelumnya, tiang eksekusi dibakar dan juga sejumlah perlengkapan lain. Ketika semua prosesi selesai, semua petugas bergerak kembali ke kapal. Pulau Ubi pun ditinggalkan, kapal berlayar kembali ke Jakarta.

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ditangkap di Gunung Geber, Majalaya pada Juni 1962. Pasukan TNI dari Divisi Siliwangi kemudian menahannya untuk diadili. Mahkamah Militer memvonisnya hukuman mati atas tuduhan makar.

Seperti dituliskan dalam buku Fadli Zon, ‘Hari Terakhir Kartosoewirjo’ seperti dikutip detikcom, Jumat (7/9/2012), sang terpidana meminta agar bisa bertemu keluarganya sebelum dieksekusi. September 1962, istri Kartosoewirjo, Dewi Siti Kalsum, dan lima orang anaknya yakni Tahmid Basuki Rahmat, Dodo Mohammad Darda, Kartika, Komalasari, dan Danti, berkumpul bersama Kartosoewirjo mengadakan jamuan makan bersama terakhir kalinya. Nasi dan rendang menjadi santapan. Dalam buku Fadli Zon yang akan beredar di toko buku mulai pekan mendatang itu, terpapar sejumlah rangkaian foto saat terakhir Kartosoewirjo bersama keluarga. Kartosoewirjo juga tampak memberikan petuah untuk istri dan anak-anaknya.

Berikut 5 momen saat terakhir Kartosoewirjo di tengah keluarga seperti dinukil dari buku Fadli Zon:

1. Bertemu keluarga
Salah satu permintaan Kartosoewirjo kepada Mahkamah Militer adalah bertemu keluarga. Mahkamah pun mengabulkan permintaan itu. Istri dan anak Kartosoewirjo dipanggil bertemu dengan sang imam DI/TII terakhir kalinya. Kartosoewirjo dalam foto tampak santai. Tak ada cemas di wajahnya, dia terlihat tenang. Sebatang rokok juga terlihat di tangannya. Sedang sang istri yang datang bersama 5 anaknya pun terlihat menikmati pertemuan itu. Terlihat selendang putih melingkar di bahu sang istri. Anak-anaknya tampak memperhatikan sang ayah yang sebentar lagi akan dieksekusi.

2. Makan nasi rendang
Pertemuan yang dilakukan siang itu, antara Kartosoewirjo dan keluarga diisi dengan santap siang bersama. Pihak TNI memberikan nasi dan rendang untuk dimakan. Keluarga Kartosoewirjo pun menikmati santapan itu dengan lahap, bahkan sang istri disebutkan sampai kepedasan karena tak terbiasa menyantap rendang. Tapi, dalam foto itu disebutkan, Kartosoewirjo sama sekali tidak makan nasi dan rendang itu. Dia tidak mau makan. Dia hanya minum, menikmati rokok, dan memperhatikan keluarganya yang menyantap makan siang. Kartosoewirjo pun terkadang menengahi dengan candaan-candaan ringan. Sang istri kadang tersenyum, sedang anak-anaknya memperhatikan dengan serius.

3. Minum kopi dan merokok
Kartosoewirjo entah karena alasan apa, menolak makan. Nasi dan rendang yang diberikan oditur militer tak disentuhnya. Namun dia menikmati momen bersama keluarga itu. Hanya kopi dan rokok yang dia minta. Sambil melihat keluarganya menyantap makanan, Kartosoewirjo pun berbagi cerita dan senda gurau. Waktu terus berlalu, detik-detik jelang eksekusi semakin dekat. Sang istri dan juga Kartosoewirjo tampak santai. Raut wajah mereka tidak memperlihatkan ketegangan. Bahkan di foto terlihat senyum keduanya.

4. Petuah terakhir
Selesai bersantap siang dan berbincang dengan keluarga, pihak oditur militer memberikan kesempatan kepada Kartosoewirjo memberikan pesan terakhir. Sempat berpikir sejenak, akhirnya Kartosoewirjo memberikan wasiat terakhir kepada istri dan anak-anaknya. Putra Kartosoewirjo, Sardjono yang saat itu tidak hadir karena masih kecil, namun diceritakan kakaknya, salah satu pesan sang ayah adalah agar agar anak-anaknya menjadi mujahidin dan muslim yang baik, serta menjaga ibu mereka. Seluruh keluarga mendengarkan dengan seksama petuah yang disampaikan sang ayah. Seorang anak Kartosoewirjo tampak menulis di sebuah kertas pesan-pesan dari ayahnya itu.

5. Salam perpisahan dan foto bersama keluarga
Keluarga Kartosoewirjo akhirnya harus berpisah dengan sang ayah. Mereka pun menyempatkan diri berfoto bersama. Salam perpisahan dan pelukan sayang sudah dilakukan. Air mata juga tumpah dalam perpisahan terakhir sebelum eksekusi. Keluarga Kartosoewirjo sudah siap dengan eksekusi yang akan dijalani sang ayah. Pihak militer memang tidak memperkenankan salah satu anggota keluarga untuk ikut ke tempat eksekusi. Saat berpisah tiba, keluarga pun meninggalkan Kartosoewirjo, setelah jamuan terakhir.

Buku Baru: Status Update For The Best Student

Judul: Status Update For The Best Student
Penulis: Agung Baskoro
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2012
ISBN: 978-979-22-8490-4
Tebal: 201 hlm
Peresensi: Zaitur Rahem

Situasi dan kondisi negeri pasca dilanda krisis moneter sedikit banyak berdampak pada aktivitas berkehidupan masyarakat Indonesia. Setidaknya dampak itu bisa terlihat dari semakin ketatnya persaingan di ranah sosial. Peta berkehidupan masyarakat ini juga merambah ke semua wilayah kehidupan masyarakat, mulai wilayah ekonomi, keyakinan dan relasi sosial lainnya. Bahkan, bedampak pada corak pandang masyarakat.

Pada tahun 2012 ini, masyarakat semakin diliputi rasa khawatir belitan masalah negeri ini berlarut hingga akhir usia negeri Indonesia. Sehingga, sejumlah orang tersesat pada ranah keputusasaan. Padahal, masalah ini hanya bagian lain sebagai upaya mendidik manusia semakin tegar menatap masa depan yang lebih baik.

Buku ini bermaksud menjawab kebimbangan atas sejumlah masalah kehidupan yang dihadapi manusia Indonesia. Dalam kemasan bahasa yang update seiring kemajuan hari ini Agung Baskoro, Penulis buku ini menawarkan tips dan trik keluar dari persoalan yang dihadapi. Ada banyak pengetahuan baru dari buku ini. Meski, ide yang ada dalam buku ini tak semua mewakili semua solusi dari masalah yang ada.

Buku ini enak dibaca. Penulis berhasil menarik simpati orang yang memegang buku ini untuk membaca buku ini secara tuntas. Sebab, berbeda dengan kebanyakan buku yang ada format isi buku diramu dalam bentuk sebuah curhat di dunia maya. Hasil share sejumlah orang itu kemudian menjadi sumber awal masuk kepada tips dan trik yang jitu/update (menjanjikan). (hl. 10-20). Setiap orang dipandang mampu menggapai mimpi-mimpinya. Tetapi, proses mencapai impian itu melalui ahapan yang melelahkan dan aneka ragam. Seperti Kata Mahatma Gandhi yang dikutip dalam buku ini, Kemenangan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki (Mahatma Gandhi) hl 43. Artinya, kemampuan seseorang menjinakkan rasa mudah menyerah adalah kunci utama menggapai mimpi yang diharapkan.

Selain berusaha dengan bekerja keras, untuk meraih mimpi itu membutuhkan Pengalaman. Pengalaman seseorang juga menjadi modal penting seseorang meniti kesuksesannya. Agung menekankan, kesempatan memiliki pengalaman jangan disia-siakan. Sebab, pengalaman tersebut adalah peta maha penting masuk kepada ‘istana emas’. Buku ini tak sekedar curhat belaka. Namun, pada sejumlah halaman dimuat alamat penting kantor, lembaga yang sudah mengantarkan penulis menjadi pengusaha, dosen, mahasiswa peraih sejumlah beasiswa, pemikir, penulis dan pengalaman lainnya yang energik. (hl 40-60)

Prestasi dan posisi strategis di medan usaha dalam logika formalnya tidak bisa didapat hanya dengan duduk manis. Tetapi, seseorang dituntut bisa merebut posisi itu dengan penuh keberanian. Persaingan dalam dunia karir hal lumrah. Yang penting, dalam menjalani persaingan dilakukan secara benar dan tidak menyimpang dari garis aturan yang ada. Sehingga, dalam buku setebal 201 halaman ini diharapkan seseorang bisa membenahi mental dan moral diri. Sebab ketika diri seseorang tertata baik maka aktifitas yang dilaksanakan bisa maksimal. Semua orang berfikir mengubah dunia dan tidak ada yang berfikir mengubah dirinya sendiri (Leo Tolstoy) hl 71.

Akhirnya, buku ini layak menjadi bahan bacaan orang-orang yang ingin menjadi hebat. Meski harus disadari, teori saja tidak cukup namun harus diimbangi dengan gerakan nyata. Semoga, hadirnya buku ini menjadi bagian ruh semangat bagi masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.

* ZAITUR RAHEM, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabay. Aktif menulis di sejumlah media.

Buku Baru: Tidur dengan Musuh: Rahasia Perang Coco Chanel Yang Ternyata Agen Nazi

Perancang busana Prancis Coco Chanel menjadi mata-mata bagi Nazi dalam pendudukan Jerman di Prancis pada Perang Dunia II, berdasarkan sebuah buku baru yang dijual, Selasa.

Buku berjudul “Tidur dengan Musuh: Rahasia Perang Coco Chanel” karya Hal Vaughan memaparkan bukti-bukti mengenai kehidupan ganda perancang busana ikonik itu yang merupakan kekasih dari mata-mata, Baron Hans Gunther von Dincklage.

“Buku itu menjelaskan mengenai bagaimana Coco Chanel menjadi bagian dari operasi intelijen Jerman, bagaimana dia terdaftar dalam sejumlah misi mata-mata, bagaimana menghindari penangkapan di Perancis pasca-perang,” kata penerbit Knopf asal New York dalam sebuah pernyataan.

Buku Vaughan mengungkapkan bahwa tidak hanya Chanel direkrut untuk menjadi bagian dari organisasi militer Abwehr namun juga bahwa Dincklage sendiri adalah “mata-mata utama Nazi”.

Dia “menjalankan sebuah tim mata-mata di Mediterania dan Paris serta melaporkan langsung kepada Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels, tangan kanan Hitler.”

Chanel juga anti-Semit, menurut buku itu, sekalipun pada waktu itu ia tidak akan tampak menonjol di jajaran sejumlah rekan-rekannya yang kemudian tampak bekerja sama selama masa pendudukan 1940-1944.

Chanel, seorang anak yatim yang menjadi perancang busana revolusioner Prancis, pindah ke Swiss setelah perang sebelum kembali ke Paris untuk melanjutkan karirnya di bidang mode. Dia tidak pernah dituntut melakukan tindak kejahatan dan meninggal pada 1971.